Di beberapa negara masalah Dyslexia menjadi pembahasan serius karena menyangkut masa depan penerus bangsa. Karena sangat penting, maka penanganan dan metode penentuan apakah seorang anak menderita Dyslexia atau bukan sangat lah penting. Dan informasi apapun itu sangatlah penting untuk dipelajari terkhusus segala informasi mengenai Dyslexia.
Menarik sekali ketika saya tidak sengaja menemukan artikel dari Kompas.com yang berjudul “Masuk SLB Anak Dyslexia Bisa Syok! Bagi saya akan sangat paham mengapa judul tersebut harus ada. Anak berkebutuhan khusus (ABK) itu jelas berbeda dengan Anak penderita Dyslexia.
Meski ini adalah berita pada tahun 2010, namun sangat menyita perhatian saya hingga kini. Apakah benar di tengah kemajuan teknologi dan informasi seperti sekarang masih banyak orang tua yang tidak paham anaknya Dyslexia atau bukan?
Karena pengalaman saya bertemu dengan banyak orang hingga ribuan murid yang pernah saya ajar, maka tak ayal masih banyak orang tua di luaran sana yang masih kurang mengerti antara anak berkebutuhan khusus dengan anak penderita Dyslexia.
Meski sama – sama mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran formal di sekolah, dari sisi Intelegensia jelas berbeda kualitasnya. Anak – anak berkebutuhan khusus seperti tuna grahita, tuna rungu memiliki nilai IQ di bawah 62, Sementara anak Dyslexia bisa memiliki IQ 80 ke atas.
Anak Dyslexia jelas tidak cocok masuk SLB bisa stress dia. Di sekolah formal saja seorang anak Dyslexia bisa kabur – kaburan dengan artian sebenarnya. Maka saya mendukung artikel di media online ternama tersebut.
Banyaknya kesalah pahaman tidak melulu adalah kesalahan orang tua dalam menemui kenali masalah pembelajaran terhadap buah hatinya. Lingkungan sekolah juga berpengaruh.
Guru yang tidak memahami apa itu Dyslexia bisa jadi akan mengeluh karena merasa anak muridnya bodoh dan sulit diatur. Solusinya ya guru harus komprehensif mempelajari sesuatu yang baru. Dyslexia adalah masalah serius dalam dunia pembelajaran . Tidak hanya formal namun juga di sektor informal.
Apa sih Dyslexia itu?
- Dyslexia bukan penyakit kutukan , bukan penyakit keturunan apalagi menular.
- Dyslexia hanya masalah pembelajaran .
Dimulai dengan bentuk kesulitan belajar spesifik pada anak, seperti kesulitan membaca, mengeja, menulis, dan berhitung. Secara umum mereka memiliki tingkat kecerdasan setingkat dengan anak-anak normal, makanya IQ bisa sampai 110 . Diantaranya bahkan bisa dianggap Genius. Salah satu metode saya mengajar kepada anak – anak didik saya adalah meyakinkan pada mereka bahwa mereka adalah Genius. Berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah. Di manapun dan kapanpun kondisi itu terjadi.
- Anak Dyslexia masih memiliki penalaran yang baik, logika baik, serta kemampuan analisis yang baik.
Bila di tahun 2021 ini masih ada orang tua yang tetap memaksakan anak Dyslexia masuk ke Sekolah Luar Biasa, sesungguhnya sekolah tersebut menjadi “hutan belantara” yang sulit dijelajahi ujung dan pangkalnya. Bila tidak kuat maka syok lah yang terjadi.
- Anak Dyslexia yang tidak memiliki kekuatan emosional dari interaksi dengan orang tuanya akan rentan stress.
Dukungan dari orang terdekat semisal orang tua, kakak hingga guru sekolah yang bisa memahami mereka gagal dalam akademik bukanlah akhir segalanya adalah mutlak diperlukan. Berikan anak pemahaman bahwa kegagalan akademik mereka bukanlah akibat mereka tidak bisa, bodoh dan stigma negatif lainnya. Tapi karena guru belum memahami potensi mereka. Oleh karena itu saran saya adalah segera menemukan sekolah atau system pengajaran yang baik.
Jangan Biarkan Mereka Menganggap dirinya Bodoh !
Anak bodoh bukanlah keinginan mereka, tapi orang tua salah menilai akan melakukan hal – hal bodoh yang tanpa di dasari, termasuk cara orang tua memasukan anaknya yang Dyslexia ke SLB.
Dalam penanganan anak didik saya yang genius ini, sudah sepatutnya orang tua memahami bahwa sekolah khusus yang memiliki metode teruji dalam penanganan Dyslexia adalah solusinya.
Sekolah inklusif banyak ditemukan di negara – negara yang menganggap Dyslexia serius. Seperti di Malaysia, dimana negara adalah tempat saya bersama keluarga dari suami mengabdikan diri. Bukan hanya mengajar anak – anak Dyslexia , memberikan penjelasan kepada ibu/bapak tentang Dyslexia, memberikan pengajaran kepada guru-guru tentang dyslexia, tapi memang Dyslexia benar – benar terjadi pada diri saya dan anak saya.
Menerima dan Berproseslah Untuk Anak !
Untuk orang tua, anak anda adalah Genius dan harus disyukuri . Itu adalah titipan Tuhan yang sangat berharga. Maka terimalah dan terus berproses agar energi positif menyebar dan terserap oleh anak anda yang genius tersebut.
Temukan tempat yang cocok. Jadilah tangguh untuk anak kalian kemudian tumbuhlah bersama. Yakinlah anak – anak anda akan menjadi besar dan sukses dengan dunianya. Sudah banyak contoh untuk hal seperti ini.
Saya Bersama Dyslexia Genius Kuala Lumpur siap membantu dan menangani masalah anda.